Selain mekanisme umpan balik yang terjadi di dalam tubuh, demam juga dapat diturunkan dengan pemberian obat-obatan antipiretik dan metode fisik.
Pemberian antipiretik
Demam, sesuai dengan gambar di atas, secara teoritis dapat dihambat dengan cara memutuskan rangkaian reaksi yang terjadi, mulai dari pelepasan pirogen endogen sel-sel makrofag, monosit, limfosit dan endotel oleh rangsangan pirogen eksogen hingga timbulnya demam. Tetapi dari sekian banyak obat yang pernah diteliti ternyata obat penghambat siklooksigenase-lah (COX-inhibitor) yang cukup mampu dan memuaskan untuk dipergunakan sebagai antipiretik.Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa pelepasan prostaglandin di hipotalamus akan menset termostat lebih tinggi dengan akibat suhu tubuh menjadi meningkat. Dengan menghambat pembentukan prostaglandin diharapkan kenaikan suhu tubuh tidak terjadi. Obat-obatan OAINS seperti aspirin, metamizol, ibuprofen, nimesulid, diklofenak, ketoprofen, indometasin dan parasetamol adalah obat yang dapat menghambat enzim siklooksigenase sehingga banyak dipakai sebagai antipiretik. Tetapi oleh karena selain menghambat COX-2 OAINS juga menghambat COX-1 maka obat-obatan ini dapat menimbulkan efek samping terhadap lambung, ginjal dan trombosit. Asetaminofen atau parasetamol adalah OAINS dengan efek samping paling minimal. Di jaringan perifer parasetamol adalah penghambat COX-2 yang lemah, namun di otak efektvitas asetaminofen sebagai COX-2 inhibitor akan meningkat secara signifikan oleh karena oksidasi oleh sitokrom P-450.